PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) terus memacu kinerja
pabrik terbarunya, Pabrik Tuban IV. Pabrik anyar yang baru saja diresmikan
Menteri BUMN Dahlan Iskan 12 Oktober 2012 tersebut akan dikerek kapasitasnya
menjadi 3 juta ton per tahun dari desain awal 2,5 juta ton per tahun.
Direktur Utama Semen Gresik, Dwi Soetjipto, mengatakan,
produksi komersial Pabrik Tuban IV sudah dimulai sejak 1 Juli 2012. Hingga saat
ini perseroan terus memacu kinerja Pabrik Tuban IV menuju kapasitas yang
ditargetkan. ”Kami gembira produksi komersial Pabrik Tuban IV berjalan mulus.
Kami sekarang bekerja keras agar kapasitas 3 juta ton per tahun dari Pabrik
Tuban IV bisa segera tercapai,” ujar Dwi.
Dari sisi teknis, sambung Dwi, operasional pabrik dengan
investasi Rp 3,18 triliun tersebut berjalan mulus. Mesin-mesin di dalam pabrik
bisa langsung running untuk memproduksi semen guna memenuhi kebutuhan pasar
yang semakin meningkat. Hal ini melengkapi sejumlah mesin seperti finish mill
dan packer yang telah beroperasi sejak Januari 2012.
”Artinya tahapan mulai dari ground breaking pada 2009,
fire on pada April lalu, commissioning pada Juni 2012, hingga produksi
komersial, semuanya berjalan on the right track. Kelancaran produksi membuat
kami sangat bangga sekaligus membuktikan kehandalan SDM lokal dan industri
manufaktur lokal yang menjadi penyangga utama pembangunan pabrik dengan konsep
swakelola ini,” tutur Dwi.
Kinerja Pabrik Tuban IV yang memuaskan tersebut
menyuntikkan semangat baru bagi perseroan untuk terus menciptakan kinerja
terbaik. Hingga September 2012, Semen
Gresik berhasil membukukan penjualan sebesar 16 juta ton semen, tumbuh 14,1
persen dibanding September 2011. Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp
13,677 triliun hingga September 2012, meningkat 17,7 persen dibanding periode
yang sama tahun lalu. Kinerja menggembirakan tersebut membuat laba bersih
perusahaan semen terbesar di Indonesia
itu melonjak 22 persen menjadi Rp 3,38 triliun hingga September 2012.
”Pertumbuhan
kinerja yang meyakinkan ini tidak terlepas dari strategi perseroan untuk terus
melakukan ekspansi secara terukur diiringi dengan efisiensi dan inovasi
produksi. Kehadiran Pabrik Tuban IV yang mampu selesai tepat waktu dan
beroperasi secara komersial dengan baik akan menjadi modal bagi perseroan untuk
menciptakan kinerja yang jauh lebih baik di masa mendatang,” jelas Dwi.
Dwi yakin kinerja
perseroan bakal semakin moncer ketika kapasitas Pabrik Tuban IV bisa optimal
dalam waktu tidak lama lagi. Apalagi, perseroan juga bakal segera
mengoperasikan pabrik baru Tonasa V di Pangkep, Sulsel, milik salah satu anak
usaha, yaitu PT Semen Tonasa. "Per awal November, progress Tonasa V sudah
99 persen. Fire on telah dilakukan pada 16 September 2012. Saat ini masuk tahap
commissioning sampai Desember dan akan segera beroperasi," jelasnya.
Kehadiran Pabrik
Tuban IV dan Tonasa V akan mengerek kapasitas produksi Semen Gresik Group
menjadi lebih dari 26 juta ton. "Sesuai roadmap, kapasitas perseroan akan mencapai
lebih dari 32,8 juta ton pada 2016. Ekspansi secara berkelanjutan ini ditopang
pembangunan pabrik yang dalam waktu dekat ini juga akan kami lakukan di Jawa
Tengah dan Padang," tutur Dwi.
Menurut Dwi, ekspansi menjadi hal yang tak terelakkan di
tengah terus bertumbuhnya pasar semen nasional. Tahun ini permintaan semen
secara nasional diprediksi tumbuh 14 persen menjadi 54,7 juta ton. Sampai
September 2012, konsumsi semen sudah mencapai 39,4 juta ton atau naik 15 persen
dibanding periode yang sama tahun lalu.
Hingga 2017, pertumbuhan diprediksi mencapai 9-10 persen
per tahun. Konsumsi semen pada 2017 diperkirakan menembus 84,9 juta ton.
"Jika tak ada ekspansi untuk mengerek produksi, akan
terjadi shortage (kelangkaan) di pasar semen nasional yang bisa berujung pada
tak terkendalinya harga semen. Jika itu terjadi tentu akan mengganggu perekonomian
nasional. Karena itu, Semen Gresik Group berkomitmen terus melakukan ekspansi
sebagai upaya untuk berkontribusi ke pertumbuhan ekonomi nasional," kata
Dwi.
Dwi menuturkan, terdapat sejumlah faktor yang membuat
pasar semen nasional sangat menarik. Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi
yang terus menanjak, iklim investasi yang membaik, dan ekspansi infrastruktur.
Pertumbuhan ekonomi diprediksi menembus 7 persen pada 2014 dan akan menembus
8-9 persen pada periode 2015-2025. Pendapatan per kapita penduduk yang saat ini
lebih dari US$ 3.000 diprediksi akan menembus minimal US$ 14.000 pada 2025. Hal
tersebut akan meningkatkan daya beli warga, termasuk untuk konsumsi semen.
”Konsumsi semen per kapita Indonesia saat ini masih rendah
di kisaran 200 kg per kapita per tahun, di bawah China yang mencapai sekitar
1.800 kg per kapita per tahun, Singapura 800 kg, Malaysia sudah mencapai 600 kg
atau Vietnam dan Thailand sekitar 400 kg. Dengan konsumsi yang masih rendah
ini, peluang pertumbuhan masih sangat terbuka dan industri semen wajib
mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut,” tegas Dwi.
Adapun pembangunan infrastruktur akan didongkrak program
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di
mana ada pembangunan jalan hingga 5.940 kilometer senilai Rp507 triliun.
"Secara langsung, pembangunan infrastruktur tentu membutuhkan bulk cement.
Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur akan menjadi pengungkit bagi
sektor lain seperti properti yang tentu juga menjadi pasar empuk bagi industri
semen," ujarnya.
Melihat peluang emas tersebut, sambung Dwi, Semen Gresik
Group sudah mengantisipasinya lewat serangkaian ekspansi. "Semen Gresik
Group optimistis bisa tetap menjadi penguasa pasar dan bahkan menambah market
share di tengah pasar yang terus bertumbuh dan kian kompetitif. Sebagai langkah
awal, saat ini kami berkonsentrasi memacu kapasitas Pabrik Tuban IV menuju
kondisi optimal, merampungkan Pabrik Tonasa V, dan menyiapkan pembangunan
pabrik baru di Jateng serta Sumatera Barat," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar