• Breaking News

    Minggu, 14 Oktober 2012

    Rlefleksi Atas Tragedi Rohingya ; Bisukah HAM ?



    Seusai Sholat subuh, aku pun terlelap dalam tidur lagi. Dalam sekejab ku sudah larut dalam perjalanan imajiner dengan kesedihan yang pekat. sayup-sayup hidungku merasakan bau asap terbakar, kontan saja aku terbangun, setengah kaget kuberanikan bangun dan berjalan, ternyata aku telah berada di sebuah bangunan terbakar dengan puing-puing tembok yang menghitam dan beberapa pijar api disana-sini yang menandakan bahwa telah terjadi kebarakar hebat di tempat ini.

    Dari jalan yang dikelilingin bangunan terbakar aku mencoba bertanya, ada apa gerangan ditengah orang-orang yang melakukan eksodus ini. Seorang wartawan BBC yang kebetulan lewat, memberitahukan bahwa  aku berada di Rakhine, suatu daerah yang terletak di Myanmar barat. Dan mereka para orang tua dan anak-anak serta ratusan ribu orang lainya adalah kaum muslimin suku Rohingya, yang terpaksa mengungsi dari tanah air mereka yaitu tempat ini.

    Aku bertanya, “ada apa ini?”. “anda belum tahu rupanya bahwa sejak juni lalu sampai bulan suci ramadhan sekarang tiba, paling tidak sudah 650 orang Rohingya tewas mengenaskan, dianiyaya, dibakar, diperkosa, serta ribuan lainnya luka-luka, dan kawasan ini telah sedang di bumi hanguskan” ujar wartawan BBC.

    Tiba-tiba beberapa orang dari pengungsi menghampiriku dan berkata dengan meneteskan airmata “ namaku Zhohara Khatun tuan, aku melihat sendiri bagaimana ayahku ditembak oleh pasukan pemerintah, kami yang mionoritas ini tidak pernah dianggap sebagai warga negara yang sederajat dengan lainnya, kami di anggap orang asing”. Mendengar pernyataan ini aku langsung menelpon HP pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Thein Sein. Jawaban yang aneh pun saya dengar darinya “Maaf, bagi muslim Rohingya carikan saja tempat di negara ketiga, sebagai tempat tinggalnya (baca: mereka bukan bagian Myanmar artinya harus akat kaki) ” ujar sang jendral, Aku pun dengan kasar menutup telpon selulerku pertanada geram, dalam hati aku bicara “ jika pemerintah saja tak perduli, lantas siapa yang bertanggung jawab atas semua kekejaman ini?, astaufirullah wa subhanallah ! ”.

    Wartawan BBC tersenyum saat aku menutup telepon dan berujar “usaha anda percuma, muslim Rohingya yang berpopulasi sekitar 1 juta jiwa itu sejak lama dianggap warga asing oleh mayaritas Budhis Myanmar, karenanya mereka kelihatannya dibiarkan saja tertindas oleh rejim Budhis Myanmar tersebut, bahkan Menurut laporan Amnesty Internasional yang dilansir BBC London, 20 Juli 2012 bahwa dalam kerusuhan di Rokhne itu justeru melibatkan aparat keamana, justru seharusnya negara anda Indonesia sebagai ketua ASEAN harus tegas soal ini”.

    Setelah mendengar keterangan sang wartawan saya pun mencoba menelpon pak SBY, tapi sayang HPnya gak aktif, akhirnya akupun telpon tukang kebunnya di Puri Cikeas, dengan harapan jika pak SBY pulang, agar saran saya ini di sampaikan. Saya berpesan "agar SBY selaku pimpinan negara mayoritas muslim terbesar dunia, yang juga merupakan negara demokrasi terbesar ketiga dunia, Indonesia seharusnya bisa menekan Myanmar sebagaimana halnya masalah Aung San Kyu Siu itu.  Ini adalah trageni kemanusiaan internasional yang ada di asia tenggara bung, dan saya juga bilang sama si tukang kebun, “tolong jika SBY gak tegas! Biar aku aja yang jadi presiden sementara, yang gantikan dia he...”.

    Lagi-lagi sang wartawan tersenyum dan berujar,  “ Ah…… percuma pemerintah Negara saudara itu tak bisa di andalkan!, paling-apaling cuma mondar-mandir ngurus masalah laut China selatan yang gak selesai-selesai jluntrunganya. Seharusnya sebagai sesama negara anggota ASEAN, apalagi Indonesia sebagai pimpinan ASEAN, Indonesia bisa saja menekan Myanmar terhadap penerapan demokrasi di seluruh wilayah kedaulatannya. Berbagai penindasan terhadap Muslim Rohingya merupakan pelanggaran terhadak HAM berat, dimana HAM merupakan salah satu pilar negara yang demokratis ..!!! misalnya dengan mengirimkan nota diplomatik kepada Myanmar, karena kebiadabannya terhadap warga Rohingya di Rokhine tersebut, kan bagus! Tapi kayaknya mustahil mas bro? “.

    Zhohara Khatun salah satu pengungsi Rohingya yang sejak tadi mengamati pembicaraan kami, akhirnya tak tahan dan angkat bicara juga “ Tuan-tuan sekalian…. ini bukan hanya soal muslim non muslim !!, tetapi rejim Budhis Myanmar itu sedag membinasakan suku kami Rohingya secara sistematis, ini adalah Genocida  !!!! tolonglah tuan, tolonglah kirim pembela HAM yang agresif dinegeri anda itu, mana suara mereka?, dimana mereka kini?, atau jangan-jangan mereka hanyalah harimau HAM local saja, ”

    Dengan berlinang air mata Zhohara khatun yang menjadi saksi pembantaian, pembakaran, kebiadapan dan ketaadilan atas ribuan etnis muslim Rohingya di bulan ramadhan, menambahkan ungkapan hatinya “.. Tak usah anda menelpon pemerintah Negara saudara, kami hafal lagu merintah saudara dalam menangani kasus internasional terutama yang berkaitan dengan muslim, pasti lamban, pemerintah Indonesia telah terbiasa baru bersuara setelah Paman Sam bersuara, setelah AS dan sekutunya bicara baru ikut-ikutan bicara, menjadi tukang aminnya… seperti aminnya solat tarawih yang kenceng itu”.

    Baiklah aku turut prihatin dan berbela sungakawa atas apa yang terjadi disini, baik sebagai sesame muslim  yang sedang beribadah ramadhan, maupun sesame warga Asia tenggara. Semoga para pegiat HAM ditanah air ku, memiliki keperdulian lebih atas kasus ini, se-garang ! dan se agresif ! keperdulian mereka atas kasus HAM di tanah air baru-baru ini, inilah kesempatan mereka para aktifis HAM menunjukan bahwa pembelaan mereka tidak diskriminatif, yaitu membela semua yang minoritas tak terkecuali juga kaum muslimin yang teraniyaya. “Atau jangan-jangan saat ini mereka lebih memilih tidur, bukankah tidur di bulan ramadhan juga ibadah? he..” . Dengan demikian perjalanan imajinerku ke Myanmarpun usai, saat ku terjaga…

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Fashion

    Beauty

    Travel